Sebelum saya menonton film ini pertama kali pada tahun 2017, saya sudah membayangkan apa yang dikisahkan oleh film ini. Dari judulnya saja “God’s Not Dead” bisa diketahui bahwa film ini pada akhirnya akan membuat kita mengerti bahwa Tuhan tidak “mati”. Film bergenre ‘American Christian Drama” yang didirect oleh Harold Cronk cukup menarik bagi saya karena membahas tentang adanya Tuhan atau tidak. Sejak rilis 2014, saya telah dua kali menonton film ini.
Diawali dengan kisah seorang pemuda bernama Josh Weathon yang baru masuk kuliah kemudian ia mengikuti sebuah kelas filosofi. Pada kelas filosofi, Josh bertemu dengan Profesor Radisson yang adalah dosen filosofi. Profesor memulai kelas dengan meminta para siswanya untuk menulis “God’s not dead”. Pada bagian ini, penonton langsung bisa menduga bahwa pasti Josh tidak akan menulis hal tersebut. Karena pada awal film, telah ‘diberitahukan’ kepada penonton bahwa Josh adalah seorang Kristen melalui kalung salib yang ia gunakan, dan apa yang dilakukan Profesor Radisson di awal kelas menandakan bahwa dia adalah seorang Atheis.
Sejak saat itu, terjadilah perdebatan antara Josh dan Profesor Radisson. Josh ingin membuktikan bahwa Tuhan itu tidak mati. Sedangkan Radisson adalah seorang Atheis yang membenci Tuhan. Josh merasa gelisah dan cemas.Ia pergi ke gereja dan bertemu dengan Pastor Dave yang memberinya sebuah ayat penguatan. Ayat ini menjadi salah satu ayat alkitab favorit saya.
Matius 10:32-33
“Setiap manusia yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapaku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapaku yang di sorga”
Tak hanya kisah antara Josh dan dosennya. Film ini juga menceritakan tentang konflik antara Josh dan Kara, pacar Josh. Konflik dalam keluarga Ayisha. Konflik antara Radisson dan pacarnya, Mina. Konflik antara Amy dan Mark, pacar Amy dan juga adalah kakak Mina. Konflik dalam keluarga Mina. Konflik Martin dan ayahnya. Semua dikisahkan dalam film ini.
Sampai pada suatu titik dimana Josh bertanya pada Radisson mengapa ia membenci Tuhan. Dan pada saat itulah Radisson menjawab semuanya. Dan pada akhirnya, konflik terselesaikan satu persatu. Masing-masing memutuskan bagaimana ia akan menjalani hidupnya.
Saya sangat menyukai film ini. Para actor dan aktris yang kemampuan aktingnya baik, alur cerita yang menarik, kualitas gambar dan audio yang baik dan paling penting banyak pelajaran yang bisa dipetik. Dari film ini saya belajar banyak hal, terutama dalam hal kekristenan. Kata-kata Pastor Dave dan temannya yaitu “ God is good, all the time. And all the time, God is good” saya yakini dalam hati bahwa benar, Allah memang baik di segala situasi. Meskipun ia tidak selalu memberi kita sukacita, tapi ia tetap memberi kita kekuatan untuk melewati dukacita.
Saya belajar bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Mati, lahir, sakit, semuanya ada di tangan Tuhan. Kita tak memiliki kehendak apa-apa untuk menentukan kapan kita akan mati, kapan kita lahir. Saya belajar bahwa saat Tuhan mengambil orang yang kita kasihi, bukan berarti ia tidak menjawab doa kita. Ia menjawab doa kita dan jawabannya adalah tidak. Bukan berarti Allah jahat. Allah itu baik. Ia memberi kita kesempatan untuk mengenal, untuk mengasihi, untuk menciptakan setiap momen, sebelum orang itu dipanggil Tuhan. Tuhan lebih mengasihinya sehingga ia memanggilnya untuk kembali bersama-sama dengannya di sorga.
Selain itu, saya juga belajar banyak kata baru di film ini. Karena filmnya berbahasa Inggris, melalui film ini saya bisa menambah kosakata saya. Dan saya lebih banyak mengetahui tentang penyusunan kata dalam kalimat.
Namun bagi saya, film ini belum terlalu menjawab semua pertanyaan yang muncul di awal saya menonton film ini. Film ini belum terlalu menunjukkan apa akhir dari konflik yang dialami beberapa tokoh dalam film ini. Seperti tentang keluarga Aysha.
Kemudian, menurut saya film ini mengangkat konflik utama yang cukup berat yaitu antara Tuhan ada atau tidak. Jadi apabila kita menonton film ini dengan iman yang tidak ‘kuat’, bisa jadi kita akan meyakini apa yang Atheis katakan. Karena, kebanyakan Atheis adalah ilmuwan/professor hebat yang karna saking pintarnya mereka jadi bisa mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada dengan dasar teori ilmu pengetahuan. Dan itu semua bisa masuk di akal sehat manusia.
Untuk usia remaja, mungkin masih perlu adanya bimbingan orang dewasa untuk mengerti maksud film ini. Karena memang film ini cocoknya untuk usia remaja-dewasa.
Secara keseluruhan, saya menyukai film ini dan merekomendasikannya untuk kalian yang ingin menonton. Bisa di nonton di situs IndoXXI ataupun di download di Youtube.
Demikian 'honest review' saya tentang film God's Not Dead.
Terimakasih, salam.